BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia baik secara jasmani maupun
rohani. Tidak terkecuali anak usia dini, setiap orang tua menginginkan anaknya
bisa tumbuh dan berkembang secara optimal jika tubuh mereka sehat. Kesehatan
yang perlu diperhatikan selain kesehatan
tubuh secara umum, juga kesehatan gigi
dan mulut karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Prevalensi
nasional anak usia 1-9 tahun yang mempunyai masalah gigi-mulut adalah sebesar
28,4 % . Prevalensi karies gigi pada anak usia 3-6 tahun di Kota Yogyakarta
adalah sebesar 84.1% dengan angka deft rata-rata sebesar 5.80, yang berarti
bahwa setiap anak menderita karies sebanyak 6 gigi. Hampir semua kasus karies
tersebut (99.77%) tidak dilakukan perawatan, bahkan 10% dari kelompok anak usia
3 tahun telah menderita abses dan tinggal akar gigi.
Masalah penyakit gigi dan mulut pada saat
sekarang dapat menggambarkan perbedaan sifat-sifat faktor risiko antar negara
maupun antar daerah dalam satu negara. Faktor risiko tersebut antara lain
kondisi kehidupan masyarakat, gaya hidup, faktor lingkungan dan implementasi
program kesehatan gigi dan mulut yang bersifat preventif . Karies gigi anak
usia prasekolah merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktorial, yang
disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Faktor risiko utama penyakit karies
gigi meliputi faktor diet dan faktor modifikasi, yaitu gaya hidup, status
sosial ekonomi, kepatuhan dalam diet, serta kebiasaan dan perilaku sehat
seperti faktor kebersihan mulut
Status
kebersihan gigi dan mulut pada anak-anak umumnya lebih buruk dibandingkan
dengan status kesehatan gigi dan mulut orang dewasa, Faktor kebersihan mulut
berpengaruh terhadap kejadian karies, jika seseorang tidak menjaga kebersihan
mulutnya, maka akan terbentuk plak pada gigi, yang merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya karies . Produksi asam oleh plak gigi merupakan faktor
pencetus terjadinya karies gigi, dan merupakan faktor risiko yang paling
penting terhadap proses demineralisasi gigi . Kontrol plak gigi pada anak-anak
usia prasekolah yang paling efisien adalah dengan menyikat gigi. Anak-anak yang
tidak menyikat giginya sebelum tidur mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian
karies. Pengukuran plak gigi merupakan prosedur utama yang harus dilakukan
untuk mengetahui faktor risiko dan tingkat keparahan karies
Usia anak
sekolah dasar ialah saat yang tepat dimana seorang anak dilatih kemampuannya
untuk menjaga dan memelihara kebersihan gigi dan mulut yaitu melalui cara
menyikat gigi yang benar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 di
Sulawesi Utara, persentase anak berusia usia 10-14 tahun yang menyikat gigi
setiap hari ialah 95,7%. Anak yang berusia diatas 10 tahun yang menyikat gigi
setiap hari dan berperilaku menyikat gigi yang benar hanya sebesar 3,3%. Anak
yang menyikat gigi dengan benar hanya 1,7%.
Berdasarkan Profil
Program UKGS Tahun 2017 didapatkan hasil indeks def-T dan DMF-T pada anak
sekolah di wilayah kerja puskesmas Grogol sebagai berikut :
Indeks def-T
|
Kategori indeks
menurut WHO
|
Indeks DMF-T
|
Kategori indeks menurut WHO
|
|
Siswa TK & PAUD
|
4.09
|
SEDANG
|
-
|
-
|
Siswa SD Kelas 1&V
|
3.826
|
SEDANG
|
2,61
|
SEDANG
|
Kategori indeks def- T
dan DMF-T menurut WHO :
0,0 – 1,1 = sangat
rendah
1,2 – 2,6 = rendah
2,7 – 4,4 = sedang
4,5 – 6,5 = tinggi
Ø
6,6 =
sangat tinggi
Karies pada anak sangat perlu
diperhatikan karena akan mengganggu
proses pengunyahan, yang dapat berpengaruh pada asupan makanan yang dibutuhkan tubuh berkurang dan
daya tahan tubuh menurun sehigga menghambat pertumbuhan anak terutama
pertumbuhan otak dan lain-lain. (kesgilut,1989).
Plak pada gigi
merupakan penyebab lokal dan utama terjadinya penyakit gigi dan mulut yang lain
seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang gusi),
periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi) dan lain sebagainya. Karena
Plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka mengurangi akumulasiplak adalah
hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya penyakit gigi dan mulut.
Cara yang paling umum
dan murah untuk membersihkan plak adalah dengan sikat gigi. Pagi dan malam
sebelum tidur. Lebih ideal jika kita menggunakan disclosing solution untuk
melihat apakah penyikatan gigi yang kita lakukan sudah benar-benar sempurna.
Gigi yang terbebas dari plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh
disclosing pada gigi. Selain itu perabaan oleh lidah mengidentifikasikan dalam
bentuk gigi terasa kesat – bukan licin.
Jika masih terasa licin maka masih terdapat plak (sumber : www. Kumpulan
infosehat.com, ditulis pada 22 Desember 2007 pukul 14.00)
Karies merupakan
salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Angka
kejadian karies gigi pada tahun 2013 lalu, jumlahnya mencapai 53 persen, terjadi
kenaikan dari tahun 2007 yang berjumlah 41 persen.
Berdasarkan hasil pemantauan
dibeberapa tempat mengenai kondisi karies pada anak
5-6 tahun menunjukkan anak
bebas karies berkisar antara 3%-10% saja. Tercatat juga anak dengan karies
desidui lebih dari 7 gigi ada 60% sedangkan pada usia tersebut sudah ada 25%
anak gigi permanennya mengalami karies ( Irene A, Andreas A, Adang B, 2013).
Kementerian Kesehatan mencanangkan
‘Indonesia
Bebas Karies pada tahun 2030’ mendatang.
Program Indonesia
bebas karies ini bisa berhasil apabila
dibantu dari
berbagai pihak. Masyarakat terutama masyarakat sekolah yang terdiri dari siswa
sekolah, guru pengajar dan orang tua siswa perlu menyadari pentingnya menjaga kebersihan
dan kesehatan gigi.
Dalam rangka meningkatkan
kesehatan gigi anak, untuk memperbaiki fungsi kunyah salah satu kebijaksanaan kesehatan gigi adalah meningkatkan upaya promotif-preventif pada antara
lain melalui kegiatan UKGS (Usaha
kesehatan Gigi Sekolah)
1.2.
Tujuan
1.2.1.
Untuk
mengetahui tingkat
kebersihan gigi anak sekolah SDN Gerem 1 Kecamatan Grogol, Kota Cilegon –
Banten.
1.2.2.
Memberikan pengetahuan kepada sasaran tentang pentingnya menjaga
kebersihan kesehatan gigi dan mulut
1.2.3.
Menumbuhkan kemauan kelompok
sasaran dalam melakukan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut.
1.2.4.
Meningkatkan keterampilan pada kelompok sasaran dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
1.2.5.
Terciptanya kegiatan UKGS yang lebih inovatif, bukan hanya kegiatan yang
rutin dilakukan.
1.3. Rumusan Masalah
1.3.1.
Masih cukup besarnya indeks
karies kuhususnya pada anak sekolah di wilayah kerja puskesmas Grogol
1.3.2.
Masih minimnyanya
peran guru serta orang tua / masyarakat dalam keberhasilan
program kesehatan gigi dan mulut.
1.3.3.
Perlu
diadakannya kegiatan berbasis masyarakat sebagai upaya penurunan angka kejadian
penyakit gigi dan mulut
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Plak Gigi
Plak
merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang melekat
erat pada permukaan gigi atau permukaan padat lainnya di dalam mulut seperti
restorasi cekat maupun lepasan sehingga tidak mudah dihilangkan dengan cara
membilas dengan air.
Plak
berperan penting dalam proses terjadinya karies dan penyakit jaringan
periodontal sehingga keberadaan plak dalam rongga mulut menunjukan tingkat
kebersihan mulut seseorang. Plak dapat dihindari dengan cara konvensional,
tradisional maupun dengan kombinasi keduanya. Cara konvensional misalnya
seperti menyikat gigi, sedangkan cara tradisional seperti yang sudah banyak
digunakan masyarakat antara lain berkumur dengan air cengkeh, daun sirih, daun
teh, dan lain-lain. Bentuknya yang lembut, putih, serta berupa massa yang
lengket membuat plak gigi hanya bisa dihilangkan dengan menyikat gigi.
Pembentukan plak diawali dengan terbentuknya
pelikel segera setelah menyikat gigi, kemudian mengalami interaksi dengan
bakteri sehingga membentuk ikatan kuat dengan permukaan gigi (kolonisasi) dan
terbentuknya biofilm. Berdasarkan kematangan dan proses pembentukan maka plak
dibedakan menjadi dua yaitu plak immature dan plak mature. Plak yang tipis
memiliki warna yang hampir sama dengan warna gigi sehingga plak tidak dapat
terlihat dengan kasat mata kecuali bila plak diwarnai dengan zat pewarna.
Usaha
untuk mengontrol dan mencegah pembentukan plak dapat dilakukan secara
sederhana, efektif dan praktis yaitu dengan cara menggosok gigi secara teliti
dan teratur dapat menghilangkan plak dari seluruh permukaan gigi, terutama
permukaan interproksimal sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut. Ketebalan plak berada di interproksimal, restorasi yang kasar, pit dan
fisur gigi dan gigi yang berjejal (Cuqini, dkk., 2006; Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013).
Plak
akan terbentuk kembali setelah menggosok gigi namun upaya meminimalkan plak
berkontak dengan permukaan gigi penting dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit gigi. Berdasarkan penelitian didapatkan korelasi positif yang kuat
antara dua indeks plak yaitu Rustogi Modified Navy Plaque Index (RMNPI) dan
Turesky Modified Quigley Hein Plaque Index (TQHP) pada pre dan pasca menggosok
gigi untuk keseluruhan permukaan lingual dan bukal. Hasil menunjukkan
signifikan setelah menggosok gigi dapat mengurangi tingkat plak, meskipun
demikian penghapusan plak akan meningkat secara ekstrim dengan menggosok gigi
selama 180 detik dapat menghapus plak 55% lebih banyak dibandingkan menggosok
gigi selama 30 detik. Menggosok gigi selama 120 detik dapat menghapus plak 26%
lebih banyak dibandingkan menggosok gigi selama 45 detik (Cuqini, 2006; Creeth,
2009;
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013).
Untuk
mencapai keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut salah satunya
melalui kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar dipengaruhi perilaku
yang meliputi pengetahuan, sikap dan praktek penggunaan alat, metode penyikatan
gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan gigi yang tepat. Tak kalah penting
juga harus memperhatikan faktor dalam rongga mulut yang mempengaruhi
pembentukan plak dan kondisi pH plak yaitu bakteri streptococcus mutans,
retensi plak (area kontak, pit dan fisur, makanan melekat), ketebalan plak,
aliran saliva, waktu kontak dengan fluor dan frekuensi makanan karbohidrat.
(Ariningrum, 2000; Wendari, 2001;
Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013).
2.2 Pengaruh
Plak Gigi terhadap tingkat keparahan Karies Gigi Anak
Plak gigi
merupakan faktor risiko terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah.
Anak-anak dengan indeks plak gigi yang tinggi mempunyai risiko 3,3 kali lebih
besar untuk menderita karies gigi yang parah bila dibandingkan dengan anak-anak
yang indeks plak nya rendah.
Faktor
kebersihan mulut seperti adanya akumulasi plak merupakan faktor risiko
terjadinya karies gigi pada anak-anak, terdapat hubungan antara karies gigi
anak dan indeks plak. Faktor risiko utama terjadinya karies gigi meliputi
substrat, susceptible tooth, cariogenic microorganism dan plak gigi
(lingkungan), serta waktu. Keempat faktor utama tersebut saling berinteraksi
dalam menginisiasi proses karies. Substrat, meliputi sukrosa, fruktosa dan
glukosa dan jenis karbohidrat lain yang bisa difermentasikan mempunyai peran
penting terhadap inisiasi dan perkembangan proses karies. Sukrosa menyebabkan
keseimbangan proporsi bakteri dalam mulut terganggu. Lingkungan yang cocok bagi
bakteri kariogenik untuk berkembang biak adalah pada saat aliran saliva
berkurang dan kontak antara plak gigi dengan substrat meningkat
Kontrol
diet akan meminimalisasi kontak antara makanan/substrat dengan plak gigi,
sehingga bakteri plak tidak mampu melakukan fermentasi dan proses
demineralisasi bisa dicegah. Pengukuran plak gigi merupakan salah satu prosedur
utama yang harus dilakukan untuk mengetahui faktor risiko karies gigi. Plak
gigi merupakan lapisan semitransparan pada permukaan gigi yang terdiri dari
polisakarida dan organisme patogen.
Pada beberapa penelitian menyatakan bahwa ada
korelasi antara indeks plak dengan keparahan karies gigi anak. Karies gigi pada
anak-anak selama ini belum bisa dieradikasi, akan tetapi hanya bisa dikontrol
pada tingkat yang sangat rendah. Peran orang tua dalam membimbing dan
mengajarkan perilaku dan pola kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor yang
sangat penting dalam mengurangi tingkat keparahan karies gigi anak usia
prasekolah, terutama status kebersihan mulut anak.
2.3
Disclosing Solution
Disclosing Solution adalah suatu
zat yang dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya plak pada gigi.
Disclosing solution bekerja mengubah warna plak gigi sehingga kontras dengan
warna permukaan gigi yang putih. Disclosing solution dapat dijumpai dengan
berbagai sediaan berupa larutan, kapsul, maupun tablet. Kandungan
disclosing solution terdiri dari : Zat pewarna , Zat pemanis , Zat pemberi rasa , Zat pencair
Cara
pemakaian disclosing solution adalah dengan meneteskan cairan disclosing ke
bawah lidah atau bisa
langsung ke permukaan gigi lalu sapukan merata ke seluruh gigi dengan bantuan
lidah Jika sudah di sapukan merata jangan langung berkumur. Warna merah di
leher gigi adalah yang disebut plak. Kemudian
dengan menggunakan sikat gigi dilakukan pembersihan pada gigi yang
terwarnai oleh disclosing solution sampai gigi terlihat bersih kembali.
Kegunaan dari
disclosing solution adalah :
a. Menunjukkan adanya plak
b. Menilai kebersihan mulut
pasien
c. Membantu dalam mendidik pasien
tentang cara- cara memelihara kebersihan mulut.
Pemakaian disclosing solution utamanya ditujukan untuk anak-anak. Hal
ini bertujuan agar mereka tahu apakah gigi mereka sudah bersih atau belum. Pasien
disarankan untuk menggunakan secara rutin setelah menyikat gigi untuk
memperkirakan status kebersihan mulut pasien, mendidik, dan memotivasi serta
menyajikan mengenai kebiasaan menyikat gigi yang tepat. Bahan disclosing
solution yang saat ini biasa digunakan adalah eritrosin. Eritrosin merupakan
salah satu bahan pewarna merah untuk makanan dan dapat juga digunakan untuk
pewarna bakteri. Glikoprotein yang terdapat di dalam plak dapat diserap oleh
zat pewarna ini sehingga plak dapat terlihat. Pemilihan warna ini karena warna
merah lebih mudah dilihat pada gigi bila dibandingkan dengan warna lain. namun
dikarenakan eritrosin merupakan turunan triiodine dari fluorescein maka dengan
kandungan yodium yang tinggi dapat menyebabkan kanker tiroid apabila tertelan
dalam jumlah yang banyak.
Menurut
Nurwati Kayo, Nur Handayatun, dan Muridi Mudehir (2012), dalam penelitiannya
mengenai efektifitas berbagai macam sumba kue sebagai bahan pengganti
disclosing solution untuk mendeteksi adanya plak di dalam mulut, didapatkan
sumba cair berwarna merah rose, rose pink, dan sumba bubuk merah mempunyai
efektifitas yang sama dengan disclosing solution.
Gigi yang
terbebas dari plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh disclosing
solution pada gigi. Sedangkan permukaan gigi berwarna merah berarti pada gigi
tersebut terdapat plak.
2.4
UKGS
UKGS adalah suatu
komponen dari UKS dan merupakan tehnis pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi
anaksekolah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh kembang
anak (Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Dirjen Medik,
Jakarta, 1999)
Tujuan UKGS
a. Umum
Terciptanya
derajat
kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal.
b. Khusus
1) Siswa
mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
2) Siswa
mempunyai sikap/ kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3) Siswa binaan UKGS paket standar, paket optimal
mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan (care on demand)
4) Siswa
sekolah binaan UKGS paket optimal pada jenjang kelas terpilih mendapat
pelayanan medik dasar yang diperlukan (
treatment need)
Pemeliharaan
diri yang dimaksud adalah suatu sikap yang positif
terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan upaya :
a.
Meningkatkan kesehatan dengan cara memperkuat pertahanan tubuh, misalnya
mengkonsumsi nutrisi yang seimbang.
b.
Menghindari faktor-faktor yang merugikan adalah menghindarkan gigi dan mulut
dari sisa-sisa makanan dengan cara menyikat gigi secara tepat dan teratur.
c.
Menghindari kebiasaan buruk misalnya menghisap jari, menggigit pensil.
Menghindari diri dari cidera, misalnya; membuka tutup botol dengan gigi, sikat
gigi terlalu besar dan kasar, memecah kenari dengan gigi dan lain-lain.
d.
Melindungi gigi dengan cara memperkuat gigi melalui pemakaian pasta gigi yang
mengandung fluor.
e.
Memeriksakan gigi secara berkala enam bulan sekali pada sarana pelayanan
kesehatan gigi/dokter gigi keluarga atau puskesmas untuk dilakukan
penanggulangan apabila diperlukan.
Perilaku pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini, dimana masa yang paling
tepat untuk menanamkan nilainilai guna membentuk perilaku positif adalah masa
usia sekolah. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih
kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Selain itu masa usia
sekolah sudah menampakkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahu
anak. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan
gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada
usia ini sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan
berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Usaha
menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga
kesehatan dan peran guru serta
orang tua (Kartono, 1990; Gondhoyoewono, 1986; ).
2.5
Indeks
Plak Loe
& Silness
Indeks
Plak (IP1) yang diperkenalkan oleh Loe & Silness pada tahun 1964 yang mengukur
plak karena tidak didasarkan pada perluasan plak melainkan pada ketebalan
penumpukannya. Pengukuran dilakukan pada empat sisi: distal, mesial, lingual dan buccal.
Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde. Pemeriksaan
plak dilakukan dengan menggunakan 6 gigi yaitu 16,12,24,36,32,44. Skor IP1 satu gigi dihitung dengan membagi
jumlah skor pada keempat sisi dengan empat.
Skor
IP1 individu dihitung dengan menjumlahkan skor per gigi, lalu dibagi dengan
jumlah gigi yang diperiksa. Indeks ini mempunyai kelebihan karena dapat digunakan
untuk penelitian longitudinal dan uji klinis.
IP 1 =
skor plak per gigi
Jumlah
gigi yang diperiksa
Tabel
2. Kriteria pemberian skor pada pengukuran Indeks Plak Loe & Silness
Skala
Kriteria
|
Keterangan
|
0
|
Tidak
ada lapisan plak di daerah gingiva.
|
1
|
Ada
lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang
berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang
permukaan gigi.
|
2
|
Penumpukan
yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan/atau
permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata
telanjang.
|
3
|
Penumpukan
yang banyak dari deposit lunak didalam saku dan/atau pada tepi permukaan gigi
yang berbatasan.
|
Kriteria penilaian
indeks plak Loe & Silness adalah:
a). Baik : 0 - 0,9
b). Sedang : 1 - 1,9
c). Buruk : 2 – 3
2.6
Metode
Menyikat Gigi
Banyak
metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, kebanyakan
metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman,
Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola
dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan
bergetar (vibrasi).Semua teknik menyikat gigi dapat digunakan untuk
membersihkan permukaan fasial, lingual, dan oklusal namun tidak efektif untuk
membersihkan daerah interproksimal kecuali teknik Bass yang cukup efektif
digunakan untuk membersihkan sulkus.
Namun demikian, teknik apapun yang digunakan,
tujuan utama menyikat gigi adalah menyingkirkan plak dari permukaan gigi dan
sulkus gingival, dengan kerusakan jaringan pendukung seminimal mungkin. Untuk
kasus-kasus tertentu, misalnya pada gigi pilar, gigi yang dirawat ortodonti
atau pasien yang cacat perlu dipertimbangkan beberapa hal. Misalnya untuk
pasien yang menggunakan fixed orthodontic diperlukan sikat gigi khusus
ortodonti yang lembut dengan teknik Charters (permukaan fasial pesawat), Bass
(sulkus fasial) dan teknik Stillman modifikasi untuk membersihkan permukaan
lingualnya.
2.7 Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi.
Umumnya,
dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat gigi setelah makan. American
Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa
pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pada
pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Hasil penelitian Universitas
Sumatera Utara menunjukkan bahwa bila plak disingkirkan setiap hari secara
sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut. Oleh karena hanya
sedikit orang yang dapat menyingkirkan plak secara sempurna, perlu tetap
ditekankan pembersihan sulkus sebagai kontrol terhadap penyakit periodontal dan
lebih sering menggunakan pasta yang mengandung fluor untuk mengontrol karies.
Waktu
menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, tergantung pada beberapa faktor
seperti kecenderungan seseorang tehadap plak dan debris, keterampilan menyikat
gigi, dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Hanya
setelah pasien berulang kali menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga
profesional, maka baru dapat ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut
menggosok gigi. Biasanya, rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1
menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2 - 2,5 menit. Penentuan
waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat
memerlukan program kontrol plak. Yang penting diingat bahwa sebaiknya pasien
diberitahu urutan-urutan menyikat gigi. Biasanya dimulai dari bagian distal
gigi paling belakang rahang atas dan kemudian permukaan oklusal dan insisalnya
sampai seluruh permukaan gigi di rahang sebelahnya tercakup. Hal yang sama
dilakukan pada rahang bawah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DATA DEMOGRAFI
Puskesmas
Grogol merupakan satu dari 8 Puskesmas
yang berada di wilayah Kota Cilegon dengan luas wilayah ± 21.433 Km2 . Dengan jumlah penduduk di tahun 2017
yaitu 41.882 jiwa
Kecamatan
Grogol masih memiliki masyarakat yang kurang mampu,adapun pembiayaan kesehatan
di Kecamatan Grogol di biayai oleh JKN.
Kecamatan
Grogol mempunyai
batas-batas wilayah dengan kecamatan lain yaitu:
-
Sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Pulomerak
-
Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Purwakarta
-
Sebelah Timur berbatasan dengan serang
-
Sebelah Barat
berbataasann dengan Kecamatan Citangkil
-
3.2 VISI
DAN MISI PUSKESMAS GROGOL
v VISI
Puskesmas
Grogol Pilihan Utama Pelayanan Kesehatan Dasar Bagi Masyarakat Kecamatan Grogol
Tahun 2020
v MISI
1. Menyelenggarakan
pelayanan Kesehatan dasar yang prima
2. Meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan karyawan Puskesmas Grogol
3. Menggalang
kerjasama dengan sektor-sektor terkaitdalam bidang Kesehatan
4. Menyelenggarakan
partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan
v STRATEGI
Agar
dapat terlaksana dan terwujudnya VISI Puskesmas Grogol,maka di gunakan strategi
sebagai berikut
:
1. Mengerakkan
semua potensi yang ada di Puskesmas Grogol dalam meningkatkan pelayanan
2. Menjalin
lintas sector dan swasta
3. Meningkatkan
kualitas kegiatan program kesehatan
4. Meningkatkan
manajemen kualitas pelayanan kesehatan
5. Meningkatkan
kualitas sumberdaya kesehatan di puskesmas melalui kegiatan penyegaran yang di
lakukan di Puskesmas setiap triwulan .
3.3 SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA KECAMATAN
GROGOL
Jumlah Sekolah Dasar yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Grogol adalah sebagai berikut :
NO
|
KELURAHAN
|
NAMA SEKOLAH
|
1
|
GEREM
|
1. SDN
GEREM 1
2. SDN GEREM 2
3. SDN GEREM 3
4. SDN CIKUASA 1
5. SDN CIKUASA 2
6. SDN SUMUR WULUH
7. MIS GEREM
|
2.
|
RAWA ARUM
|
1.
SDN BUJANG GADUNG
2.
SDN TEGAL WANGI
3.
SDN KOTASARI
4.
SDN PABUARAN
5.
SD IT AL HUJJAJ
6.
SDN KAMPUNG BARU
|
3
|
GROGOL
|
1.
SDN GROGOL 1
2.
SDN GROGOL 2
|
4.
|
KOTASARI
|
1. SDN
CIORA
|
TOTAL
|
16 SD
|
|
3.4 METODE KEGIATAN
Metode
yang digunakan adalah kegiatan
analitik
dengan metode survey. Pendekatan yang digunakan adalah cross – sectional yaitu
subyek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter
atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, 2002).
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari Tahun 2018
dengan sampel kegiatan adalah semua siswa
kelas V di SDN Gerem 1 Wilayah
Kecamatan Grogol.
Jumlah sampel pada adalah 27 anak dengan teknik
pengambilan sampel yaitu total sampling. Pengambilan data
dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku dan keterampilan anak dalam menggosok gigi pada saat sebelum dan sesudah menggunakan disclosing
solution yang dilakukan dengan cara observasi
sedangkan untuk mengetahui skor plak gigi dilakukan pemeriksaan menggunakan
indeks plak Loe and Sillnes.
Pada
semua siswa kelas V
sebelumnya diberikan penyuluhan selama
15 menit tentang cara
dan frekuensi menyikat gigi yaitu dengan kombinasi metode roll dan metode
bass
serta cara penggunaan disclosing
solution (sikat gigi dilakukan 2 kali sehari yakni pada
pagi hari setelah makan pagi dan malam hari sebelum tidur)
Pada tahap 1 siswa diminta untuk melakukan sikat gigi
tanpa menggunakan disclosing solution kemudian dilakukan
pemeriksaan plak yang pertama
dengan dengan menggunakan Indeks Plak metode
Loe and Sillnes. Pemeriksaan
plak dilakukan pada permukaan mahkota bagian, bukal, lingual ,mesial dan distal
dengan menggunakan bahan pewarna gigi (disclosing solution).
Selanjutnya kepada siswa dibekali larutan disclosing
solution untuk diteteskan setiap sebelum
melakukan sikat gigi di rumah masing-masing selama 7 hari dan setiap siswa
diminta untuk mengisi kartu control setiap hari. Pengukuran indeks plak tahap 2
di sekolah dilakukan pada hari ke 8.
Kegiatan kontrol (tahap 3) dilakukan dengan mengulang
kembali pengukuran indeks plak setelah satu bulan kemudian.
Kriteria penilaian
indeks plak Loe & Silness adalah:
a). Baik : 0 - 0,9
b). Sedang : 1 - 1,9
c). Buruk : 2 – 3
3.5 HASIL SKOR INDEKS PLAK ANAK SEKOLAH SDN GEREM 1 TAHAP 1
Tabel
3.5.1 Jumlah Murid Anak Sekolah SDN Gerem 1 Kelas V
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumah
|
V
|
13
|
14
|
27
|
Tabel 3.5.2 Nilai Skor Plak Anak Sekolah Tahap
1 Kelas V
NO
|
NILAI INDEKS
|
jenis kelamin
|
KET
|
1
|
2.25
|
L
|
buruk
|
2
|
3
|
P
|
buruk
|
3
|
2.17
|
L
|
buruk
|
4
|
1.21
|
L
|
sedang
|
5
|
1.7
|
P
|
sedang
|
6
|
2.6
|
L
|
buruk
|
7
|
3
|
L
|
buruk
|
8
|
2.7
|
L
|
buruk
|
9
|
2.15
|
L
|
buruk
|
10
|
2.03
|
L
|
buruk
|
11
|
1.7
|
P
|
sedang
|
12
|
1.54
|
L
|
sedang
|
13
|
1.5
|
P
|
sedang
|
14
|
1.7
|
P
|
sedang
|
15
|
1.79
|
L
|
sedang
|
16
|
1.75
|
P
|
sedang
|
17
|
1.85
|
P
|
sedang
|
18
|
2.11
|
L
|
buruk
|
19
|
2.01
|
L
|
buruk
|
20
|
2.4
|
P
|
buruk
|
21
|
2.11
|
P
|
buruk
|
22
|
2.13
|
P
|
buruk
|
23
|
2.7
|
L
|
buruk
|
24
|
2.4
|
P
|
buruk
|
25
|
2.2
|
P
|
buruk
|
26
|
2.1
|
P
|
buruk
|
27
|
2.5
|
L
|
buruk
|
indeks rata2
|
2.122222222
|
BURUK L = 10 P = 8 SEDANG L = 3
P = 6
|
buruk
|
Skor plak
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Persentase
|
Baik : 0 – 0,09
|
0
|
0
|
0 %
|
Sedang : 1 – 1,9
|
3
|
6
|
33,3 %
|
Buruk : 2 - 3
|
10
|
8
|
66,7 %
|
Indeks
Plak Rata-Rata Tahap 1 : 2,12 ( Kriteria
Indeks Plak : Buruk )
3.6 HASIL SKOR INDEKS PLAK ANAK SEKOLAH SDN GEREM 1 TAHAP 2
3.6.1 Nilai Skoring Plak
Anak Sekolah Tahap 2 Kelas V
NO
|
NILAI INDEKS
|
JENIS KELAMIN
|
KET
|
1
|
1.16
|
L
|
BAIK
|
2
|
1.2
|
P
|
BAIK
|
3
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
4
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
5
|
1.2
|
P
|
BAIK
|
6
|
1.2
|
L
|
BAIK
|
7
|
0.67
|
L
|
BAIK
|
8
|
1.25
|
L
|
SEDANG
|
9
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
10
|
1.25
|
L
|
SEDANG
|
11
|
0.625
|
P
|
BAIK
|
12
|
0.37
|
L
|
BAIK
|
13
|
0.62
|
P
|
BAIK
|
14
|
0.83
|
P
|
BAIK
|
15
|
0.25
|
L
|
BAIK
|
16
|
1.41
|
P
|
SEDANG
|
17
|
0.5
|
P
|
BAIK
|
18
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
19
|
0.5
|
L
|
BAIK
|
20
|
1.15
|
P
|
SEDANG
|
21
|
0.91
|
P
|
BAIK
|
22
|
1.29
|
P
|
SEDANG
|
23
|
0.91
|
P
|
BAIK
|
24
|
1.05
|
P
|
SEDANG
|
25
|
1
|
P
|
SEDANG
|
26
|
1.16
|
P
|
SEDANG
|
27
|
0.91
|
L
|
BAIK
|
INDEKS RATA-RATA
|
0.9194
|
BAIK
|
Skor plak
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Persentase
|
Baik : 0 – 0,09
|
11
|
8
|
70.38 %
|
Sedang : 1 - 1,9
|
2
|
6
|
29.62 %
|
Buruk : 2 - 3
|
0
|
0
|
0 %
|
Indeks Plak Rata-Rata Tahap 2 :
0,91 ( Kriteria Indeks Plak : Baik )
3.7 HASIL SKOR INDEKS PLAK ANAK SEKOLAH SDN GEREM 1 TAHAP 3
3.7.1 Nilai Skoring Plak Kontrol
Sebulan Pada Anak Sekolah Kelas V
NO
|
NILAI INDEKS
|
JENIS KELAMIN
|
KET
|
1
|
0.67
|
L
|
BAIK
|
2
|
0.67
|
P
|
BAIK
|
3
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
4
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
5
|
0.37
|
P
|
BAIK
|
6
|
0.37
|
L
|
BAIK
|
7
|
0.67
|
L
|
BAIK
|
8
|
0.625
|
L
|
BAIK
|
9
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
10
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
11
|
0.625
|
P
|
BAIK
|
12
|
0.37
|
L
|
BAIK
|
13
|
0.62
|
P
|
BAIK
|
14
|
0.83
|
P
|
BAIK
|
15
|
0.25
|
L
|
BAIK
|
16
|
0.25
|
P
|
BAIK
|
17
|
0.25
|
P
|
BAIK
|
18
|
0.83
|
L
|
BAIK
|
19
|
0.5
|
L
|
BAIK
|
20
|
1.01
|
P
|
SEDANG
|
21
|
0.91
|
P
|
BAIK
|
22
|
1.15
|
P
|
SEDANG
|
23
|
0.91
|
P
|
BAIK
|
24
|
1.05
|
P
|
BAIK
|
25
|
1
|
P
|
SEDANG
|
26
|
1.1
|
P
|
SEDANG
|
27
|
0.91
|
L
|
BAIK
|
INDEKS RATA-RATA
|
0.713333333
|
BAIK
|
Skor plak
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Persentase
|
Baik : 0 – 0,09
|
13
|
10
|
85,18 %
|
Sedang : 1- 1,9
|
0
|
4
|
14,81 %
|
Buruk : 2 - 3
|
0
|
0
|
0 %
|
Indeks Plak Rata-Rata Tahap
3 : 0,71 ( Kriteria Indeks Plak : Baik )
3.8 Foto Kegiatan
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Hasil yang
diperoleh saat kegiatan UKGS di SDN Gerem 1 Kecamatan Grogol Kota Cilegon dan
dilakukan pengukuran indeks plak pada tahap 1 yaitu menyikat gigi tanpa
menggunakan disclosing solution didapatkan hasil sbb : 33,3 %
siswa dengan indeks plak kategori
SEDANG dan 66,7% siswa dengan indeks
plak kategori BURUK. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan
siswa dalam membersihkan gigi geliginya masih sangat rendah sehingga diperlukan bahan
lain untuk membantu siswa dalam membersihkan gigi mereka tidak hanya
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi saja tapi dilengkapi dengan menggunakan
disclosing solution sehingga siswa menyadari banyak bagian-bagian gigi mereka
yang belum tergosok dengan sempurna. Kegiatan penyuluhan secara rutin dari
pihak sekolah juga sangat diperlukan
untuk terus menerus mengingatkan mereka tentang cara membersihkan gigi secara
baik dan benar.
Setelah siswa
mendapatkan perlakuan penggunaan disclosing solution di rumah dan kemudian
dilakukan pengukuran indeks plak tahap 2 didapatkan perubahan hasil sbb : 48,14
% siswa mencapai nilai indeks plak dengan kategori BAIK, dan 51,85 % siswa
memiliki dengan kategori SEDANG. Hal ini menunjukkan efektifitas penggunaan
disclosing solution sebelum melakukan sikat gigi dapat menyempurnakan
pembersihan plak pada permukaan gigi sehingga dapat membantu meningkatkan pH
rongga mulut dan mencegah terjadinya karies pada gigi.
Pada saat
pengukuran plak tahap 3 didapatkan hasil : 85,18 % siswa mencapai nilai indeks plak
dengan kategori BAIK, dan 14,81 % siswa memiliki indeks plak dengan kategori
SEDANG. Dapat terlihat bahwa sudah terjadi perubahan keterampilan dalam
membersihkan giginya dari plak dan kotoran sehingga terjadi peningkatan
kebersihan pada permukaan gigi yang diperiksa.
Kegiatan
sikat gigi secara rutin dan mandiri dari pihak sekolah sangat dibutuhkan agar
dapat selalu mengingatkan siswa serta menumbuhkan kesadaran serta keterampilan
mereka dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar yang
tentunya harus didukung dengan penyediaan sarana dan prasarana pada saat
kegiatan UKGS berlangsung.
1.2
SARAN
4.2.1 Petugas
UKGS Puskesmas diharapkan selain dapat melaksanakan kegiatan medis teknis di
puskesmas juga dapat mengkoordinir, memonitor keseluruhan kesehatan gigi dan
mulut di wilayah kerjanya.
4.2.2
Lingkungan
sekolah agar selalu berperan
serta aktif dalam menurunkan angka kejadian karies siswa dengan menurunkan
indeks plak melalui kegiatan ukgs inovasi ’’Penggunaan Disclosing Solution
Sebelum Sikat Gigi Bersama’’
4.2.3
Peran serta orang tua siswa sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan dalam menurunkan indeks plak pada anak
4.2.4
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang dilanjutkan dengan
pemberian terapi baik itu pengobatan, penambalan atau pencabutan merupakan
kegiatan yang sangat efektif dalam penanggulangan masalah kesehatan gigi.

















Semoga bermanfaat dan dapat dilanjutkan dengan kegiatan yg lebih inovatif lagi
ReplyDelete