Friday, December 7, 2018

STRATEGI UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN ANAK SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian  terpenting dalam  kehidupan manusia baik secara jasmani maupun rohani. Tidak terkecuali anak usia dini, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan  selain kesehatan  tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan  mulut karena  kesehatan  gigi dan mulut dapat  mempengaruhi  kesehatan  tubuh secara menyeluruh.
Prevalensi nasional anak usia 1-9 tahun yang mempunyai masalah gigi-mulut adalah sebesar 28,4 % . Prevalensi karies gigi pada anak usia 3-6 tahun di Kota Yogyakarta adalah sebesar 84.1% dengan angka deft rata-rata sebesar 5.80, yang berarti bahwa setiap anak menderita karies sebanyak 6 gigi. Hampir semua kasus karies tersebut (99.77%) tidak dilakukan perawatan, bahkan 10% dari kelompok anak usia 3 tahun telah menderita abses dan tinggal akar gigi.
 Masalah penyakit gigi dan mulut pada saat sekarang dapat menggambarkan perbedaan sifat-sifat faktor risiko antar negara maupun antar daerah dalam satu negara. Faktor risiko tersebut antara lain kondisi kehidupan masyarakat, gaya hidup, faktor lingkungan dan implementasi program kesehatan gigi dan mulut yang bersifat preventif . Karies gigi anak usia prasekolah merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktorial, yang disebabkan oleh berbagai faktor risiko. Faktor risiko utama penyakit karies gigi meliputi faktor diet dan faktor modifikasi, yaitu gaya hidup, status sosial ekonomi, kepatuhan dalam diet, serta kebiasaan dan perilaku sehat seperti faktor kebersihan mulut
Status kebersihan gigi dan mulut pada anak-anak umumnya lebih buruk dibandingkan dengan status kesehatan gigi dan mulut orang dewasa, Faktor kebersihan mulut berpengaruh terhadap kejadian karies, jika seseorang tidak menjaga kebersihan mulutnya, maka akan terbentuk plak pada gigi, yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya karies . Produksi asam oleh plak gigi merupakan faktor pencetus terjadinya karies gigi, dan merupakan faktor risiko yang paling penting terhadap proses demineralisasi gigi . Kontrol plak gigi pada anak-anak usia prasekolah yang paling efisien adalah dengan menyikat gigi. Anak-anak yang tidak menyikat giginya sebelum tidur mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian karies. Pengukuran plak gigi merupakan prosedur utama yang harus dilakukan untuk mengetahui faktor risiko dan tingkat keparahan karies
Usia anak sekolah dasar ialah saat yang tepat dimana seorang anak dilatih kemampuannya untuk menjaga dan memelihara kebersihan gigi dan mulut yaitu melalui cara menyikat gigi yang benar. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 di Sulawesi Utara, persentase anak berusia usia 10-14 tahun yang menyikat gigi setiap hari ialah 95,7%. Anak yang berusia diatas 10 tahun yang menyikat gigi setiap hari dan berperilaku menyikat gigi yang benar hanya sebesar 3,3%. Anak yang menyikat gigi dengan benar hanya 1,7%.
Berdasarkan Profil Program UKGS Tahun 2017 didapatkan hasil indeks def-T dan DMF-T pada anak sekolah di wilayah kerja puskesmas Grogol sebagai berikut :

Indeks def-T
Kategori indeks menurut WHO
Indeks DMF-T
Kategori indeks menurut WHO
Siswa TK & PAUD
4.09
SEDANG
-
-
Siswa SD Kelas 1&V
3.826
SEDANG
2,61
SEDANG

Kategori indeks def- T dan DMF-T menurut WHO :
0,0 – 1,1 = sangat rendah
1,2 – 2,6 = rendah
2,7 – 4,4 = sedang
4,5 – 6,5 = tinggi
Ø  6,6    = sangat tinggi
Karies pada anak sangat perlu diperhatikan  karena akan mengganggu proses pengunyahan, yang dapat berpengaruh pada asupan  makanan yang dibutuhkan tubuh berkurang dan daya tahan tubuh menurun sehigga menghambat pertumbuhan anak terutama pertumbuhan otak dan lain-lain. (kesgilut,1989).
Plak pada gigi merupakan penyebab lokal dan utama terjadinya penyakit gigi dan mulut yang lain seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi) dan lain sebagainya. Karena Plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka mengurangi akumulasiplak adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya penyakit gigi dan mulut.
Cara yang paling umum dan murah untuk membersihkan plak adalah dengan sikat gigi. Pagi dan malam sebelum tidur. Lebih ideal jika kita menggunakan disclosing solution untuk melihat apakah penyikatan gigi yang kita lakukan sudah benar-benar sempurna. Gigi yang terbebas dari plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh disclosing pada gigi. Selain itu perabaan oleh lidah mengidentifikasikan dalam bentuk gigi terasa kesat – bukan  licin. Jika masih terasa licin maka masih terdapat plak (sumber : www. Kumpulan infosehat.com, ditulis pada 22 Desember 2007 pukul 14.00)
Karies merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Angka kejadian karies gigi pada tahun 2013 lalu, jumlahnya mencapai 53 persen, terjadi kenaikan dari tahun 2007 yang berjumlah 41 persen. Berdasarkan hasil pemantauan dibeberapa tempat mengenai kondisi karies pada anak 5-6 tahun menunjukkan anak bebas karies berkisar antara 3%-10% saja. Tercatat juga anak dengan karies desidui lebih dari 7 gigi ada 60% sedangkan pada usia tersebut sudah ada 25% anak gigi permanennya mengalami karies ( Irene A, Andreas A, Adang B, 2013).
Kementerian Kesehatan  mencanangkan Indonesia Bebas Karies pada tahun 2030 mendatang. Program Indonesia bebas karies ini bisa berhasil apabila dibantu dari berbagai pihak. Masyarakat terutama masyarakat sekolah yang terdiri dari siswa sekolah, guru pengajar dan orang tua siswa perlu menyadari pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.
Dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi anak, untuk memperbaiki fungsi kunyah salah satu kebijaksanaan  kesehatan gigi adalah  meningkatkan upaya promotif-preventif pada antara lain  melalui kegiatan UKGS (Usaha kesehatan Gigi Sekolah)

1.2.       Tujuan
1.2.1.           Untuk mengetahui tingkat kebersihan gigi anak sekolah SDN Gerem 1 Kecamatan Grogol, Kota Cilegon – Banten.
1.2.2.           Memberikan pengetahuan kepada sasaran tentang pentingnya menjaga kebersihan kesehatan gigi dan mulut
1.2.3.           Menumbuhkan kemauan kelompok sasaran dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
1.2.4.           Meningkatkan keterampilan pada kelompok sasaran dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
1.2.5.           Terciptanya kegiatan UKGS yang lebih inovatif, bukan hanya kegiatan yang rutin dilakukan.

1.3.   Rumusan Masalah
1.3.1.      Masih cukup  besarnya indeks karies kuhususnya pada anak sekolah di wilayah kerja puskesmas Grogol
1.3.2.           Masih minimnyanya peran guru serta orang tua / masyarakat dalam   keberhasilan program kesehatan gigi dan mulut.
1.3.3.           Perlu diadakannya kegiatan berbasis masyarakat sebagai upaya penurunan angka kejadian penyakit gigi dan mulut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Pengertian Plak Gigi
Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan padat lainnya di dalam mulut seperti restorasi cekat maupun lepasan sehingga tidak mudah dihilangkan dengan cara membilas dengan air.
Plak berperan penting dalam proses terjadinya karies dan penyakit jaringan periodontal sehingga keberadaan plak dalam rongga mulut menunjukan tingkat kebersihan mulut seseorang. Plak dapat dihindari dengan cara konvensional, tradisional maupun dengan kombinasi keduanya. Cara konvensional misalnya seperti menyikat gigi, sedangkan cara tradisional seperti yang sudah banyak digunakan masyarakat antara lain berkumur dengan air cengkeh, daun sirih, daun teh, dan lain-lain. Bentuknya yang lembut, putih, serta berupa massa yang lengket membuat plak gigi hanya bisa dihilangkan dengan menyikat gigi.
 Pembentukan plak diawali dengan terbentuknya pelikel segera setelah menyikat gigi, kemudian mengalami interaksi dengan bakteri sehingga membentuk ikatan kuat dengan permukaan gigi (kolonisasi) dan terbentuknya biofilm. Berdasarkan kematangan dan proses pembentukan maka plak dibedakan menjadi dua yaitu plak immature dan plak mature. Plak yang tipis memiliki warna yang hampir sama dengan warna gigi sehingga plak tidak dapat terlihat dengan kasat mata kecuali bila plak diwarnai dengan zat pewarna.
Usaha untuk mengontrol dan mencegah pembentukan plak dapat dilakukan secara sederhana, efektif dan praktis yaitu dengan cara menggosok gigi secara teliti dan teratur dapat menghilangkan plak dari seluruh permukaan gigi, terutama permukaan interproksimal sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Ketebalan plak berada di interproksimal, restorasi yang kasar, pit dan fisur gigi dan gigi yang berjejal (Cuqini, dkk., 2006; Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013).
Plak akan terbentuk kembali setelah menggosok gigi namun upaya meminimalkan plak berkontak dengan permukaan gigi penting dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit gigi. Berdasarkan penelitian didapatkan korelasi positif yang kuat antara dua indeks plak yaitu Rustogi Modified Navy Plaque Index (RMNPI) dan Turesky Modified Quigley Hein Plaque Index (TQHP) pada pre dan pasca menggosok gigi untuk keseluruhan permukaan lingual dan bukal. Hasil menunjukkan signifikan setelah menggosok gigi dapat mengurangi tingkat plak, meskipun demikian penghapusan plak akan meningkat secara ekstrim dengan menggosok gigi selama 180 detik dapat menghapus plak 55% lebih banyak dibandingkan menggosok gigi selama 30 detik. Menggosok gigi selama 120 detik dapat menghapus plak 26% lebih banyak dibandingkan menggosok gigi selama 45 detik (Cuqini, 2006; Creeth, 2009; Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013).
Untuk mencapai keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut salah satunya melalui kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar dipengaruhi perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan praktek penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan gigi yang tepat. Tak kalah penting juga harus memperhatikan faktor dalam rongga mulut yang mempengaruhi pembentukan plak dan kondisi pH plak yaitu bakteri streptococcus mutans, retensi plak (area kontak, pit dan fisur, makanan melekat), ketebalan plak, aliran saliva, waktu kontak dengan fluor dan frekuensi makanan karbohidrat. (Ariningrum, 2000; Wendari, 2001; Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013).
2.2    Pengaruh Plak Gigi terhadap tingkat keparahan Karies Gigi Anak
            Plak gigi merupakan faktor risiko terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah. Anak-anak dengan indeks plak gigi yang tinggi mempunyai risiko 3,3 kali lebih besar untuk menderita karies gigi yang parah bila dibandingkan dengan anak-anak yang indeks plak nya rendah.
            Faktor kebersihan mulut seperti adanya akumulasi plak merupakan faktor risiko terjadinya karies gigi pada anak-anak, terdapat hubungan antara karies gigi anak dan indeks plak. Faktor risiko utama terjadinya karies gigi meliputi substrat, susceptible tooth, cariogenic microorganism dan plak gigi (lingkungan), serta waktu. Keempat faktor utama tersebut saling berinteraksi dalam menginisiasi proses karies. Substrat, meliputi sukrosa, fruktosa dan glukosa dan jenis karbohidrat lain yang bisa difermentasikan mempunyai peran penting terhadap inisiasi dan perkembangan proses karies. Sukrosa menyebabkan keseimbangan proporsi bakteri dalam mulut terganggu. Lingkungan yang cocok bagi bakteri kariogenik untuk berkembang biak adalah pada saat aliran saliva berkurang dan kontak antara plak gigi dengan substrat meningkat
               Kontrol diet akan meminimalisasi kontak antara makanan/substrat dengan plak gigi, sehingga bakteri plak tidak mampu melakukan fermentasi dan proses demineralisasi bisa dicegah. Pengukuran plak gigi merupakan salah satu prosedur utama yang harus dilakukan untuk mengetahui faktor risiko karies gigi. Plak gigi merupakan lapisan semitransparan pada permukaan gigi yang terdiri dari polisakarida dan organisme patogen.
                Pada beberapa penelitian menyatakan bahwa ada korelasi antara indeks plak dengan keparahan karies gigi anak. Karies gigi pada anak-anak selama ini belum bisa dieradikasi, akan tetapi hanya bisa dikontrol pada tingkat yang sangat rendah. Peran orang tua dalam membimbing dan mengajarkan perilaku dan pola kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor yang sangat penting dalam mengurangi tingkat keparahan karies gigi anak usia prasekolah, terutama status kebersihan mulut anak.

2.3     Disclosing Solution

Disclosing Solution adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk melihat ada tidaknya plak pada gigi. Disclosing solution bekerja mengubah warna plak gigi sehingga kontras dengan warna permukaan gigi yang putih. Disclosing solution dapat dijumpai dengan berbagai sediaan berupa larutan, kapsul, maupun tablet. Kandungan disclosing solution terdiri dari : Zat pewarna , Zat pemanis , Zat pemberi rasa , Zat pencair
Cara pemakaian disclosing solution adalah dengan meneteskan cairan disclosing ke bawah lidah atau bisa langsung ke permukaan gigi lalu sapukan merata ke seluruh gigi dengan bantuan lidah Jika sudah di sapukan merata jangan langung berkumur. Warna merah di leher gigi adalah yang disebut plak. Kemudian  dengan menggunakan sikat gigi dilakukan pembersihan pada gigi yang terwarnai oleh disclosing solution sampai gigi terlihat bersih kembali.
Kegunaan dari disclosing solution adalah :
a. Menunjukkan adanya plak
b. Menilai kebersihan mulut pasien
c. Membantu dalam mendidik pasien tentang cara- cara memelihara kebersihan mulut. 
Pemakaian disclosing solution utamanya ditujukan untuk anak-anak. Hal ini bertujuan agar mereka tahu apakah gigi mereka sudah bersih atau belum. Pasien disarankan untuk menggunakan secara rutin setelah menyikat gigi untuk memperkirakan status kebersihan mulut pasien, mendidik, dan memotivasi serta menyajikan mengenai kebiasaan menyikat gigi yang tepat. Bahan disclosing solution yang saat ini biasa digunakan adalah eritrosin. Eritrosin merupakan salah satu bahan pewarna merah untuk makanan dan dapat juga digunakan untuk pewarna bakteri. Glikoprotein yang terdapat di dalam plak dapat diserap oleh zat pewarna ini sehingga plak dapat terlihat. Pemilihan warna ini karena warna merah lebih mudah dilihat pada gigi bila dibandingkan dengan warna lain. namun dikarenakan eritrosin merupakan turunan triiodine dari fluorescein maka dengan kandungan yodium yang tinggi dapat menyebabkan kanker tiroid apabila tertelan dalam jumlah yang banyak.
Menurut Nurwati Kayo, Nur Handayatun, dan Muridi Mudehir (2012), dalam penelitiannya mengenai efektifitas berbagai macam sumba kue sebagai bahan pengganti disclosing solution untuk mendeteksi adanya plak di dalam mulut, didapatkan sumba cair berwarna merah rose, rose pink, dan sumba bubuk merah mempunyai efektifitas yang sama dengan disclosing solution.
Gigi yang terbebas dari plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh disclosing solution pada gigi. Sedangkan permukaan gigi berwarna merah berarti pada gigi tersebut terdapat plak.

2.4              UKGS
UKGS adalah suatu komponen dari UKS dan merupakan tehnis pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi anaksekolah yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh kembang anak (Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Dirjen Medik, Jakarta, 1999)
Tujuan UKGS
a. Umum
Terciptanya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal.
b. Khusus
1) Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
2) Siswa mempunyai sikap/ kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3) Siswa binaan UKGS paket standar, paket optimal mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan (care on demand)
4) Siswa sekolah binaan UKGS paket optimal pada jenjang kelas terpilih mendapat pelayanan medik dasar yang diperlukan ( treatment need)
Pemeliharaan diri yang dimaksud adalah suatu sikap yang positif terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan upaya :
a. Meningkatkan kesehatan dengan cara memperkuat pertahanan tubuh, misalnya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang.
b. Menghindari faktor-faktor yang merugikan adalah menghindarkan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan dengan cara menyikat gigi secara tepat dan teratur.
c. Menghindari kebiasaan buruk misalnya menghisap jari, menggigit pensil. Menghindari diri dari cidera, misalnya; membuka tutup botol dengan gigi, sikat gigi terlalu besar dan kasar, memecah kenari dengan gigi dan lain-lain.
d. Melindungi gigi dengan cara memperkuat gigi melalui pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
e. Memeriksakan gigi secara berkala enam bulan sekali pada sarana pelayanan kesehatan gigi/dokter gigi keluarga atau puskesmas untuk dilakukan penanggulangan apabila diperlukan.

Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini, dimana masa yang paling tepat untuk menanamkan nilainilai guna membentuk perilaku positif adalah masa usia sekolah. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Selain itu masa usia sekolah sudah menampakkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan sifat ingin tahu anak. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada usia ini sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Usaha menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga kesehatan dan peran guru serta orang tua (Kartono, 1990; Gondhoyoewono, 1986; ).

2.5  Indeks Plak Loe & Silness
Indeks Plak (IP1) yang diperkenalkan oleh Loe & Silness pada tahun 1964 yang mengukur plak karena tidak didasarkan pada perluasan plak melainkan pada ketebalan penumpukannya. Pengukuran dilakukan pada empat sisi: distal, mesial, lingual dan buccal. Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde. Pemeriksaan plak dilakukan dengan menggunakan 6 gigi yaitu 16,12,24,36,32,44.  Skor IP1 satu gigi dihitung dengan membagi jumlah skor pada keempat sisi dengan empat.




Skor IP1 individu dihitung dengan menjumlahkan skor per gigi, lalu dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Indeks ini mempunyai kelebihan karena dapat digunakan untuk penelitian longitudinal dan uji klinis.
 IP 1 =        skor plak per gigi
          Jumlah gigi yang diperiksa



Tabel 2. Kriteria pemberian skor pada pengukuran Indeks Plak Loe & Silness
Skala Kriteria
Keterangan
0
Tidak ada lapisan plak di daerah gingiva.
1
Ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang permukaan gigi.
2
Penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
3
Penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku dan/atau pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.

Kriteria penilaian indeks plak Loe & Silness adalah:
a). Baik     : 0 - 0,9
b). Sedang : 1 - 1,9
c). Buruk  : 2 – 3

 2.6 Metode Menyikat Gigi
Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass, Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan bergetar (vibrasi).Semua teknik menyikat gigi dapat digunakan untuk membersihkan permukaan fasial, lingual, dan oklusal namun tidak efektif untuk membersihkan daerah interproksimal kecuali teknik Bass yang cukup efektif digunakan untuk membersihkan sulkus.
 Namun demikian, teknik apapun yang digunakan, tujuan utama menyikat gigi adalah menyingkirkan plak dari permukaan gigi dan sulkus gingival, dengan kerusakan jaringan pendukung seminimal mungkin. Untuk kasus-kasus tertentu, misalnya pada gigi pilar, gigi yang dirawat ortodonti atau pasien yang cacat perlu dipertimbangkan beberapa hal. Misalnya untuk pasien yang menggunakan fixed orthodontic diperlukan sikat gigi khusus ortodonti yang lembut dengan teknik Charters (permukaan fasial pesawat), Bass (sulkus fasial) dan teknik Stillman modifikasi untuk membersihkan permukaan lingualnya.
2.7    Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi.
   Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat gigi setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa bila plak disingkirkan setiap hari secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek pada rongga mulut. Oleh karena hanya sedikit orang yang dapat menyingkirkan plak secara sempurna, perlu tetap ditekankan pembersihan sulkus sebagai kontrol terhadap penyakit periodontal dan lebih sering menggunakan pasta yang mengandung fluor untuk mengontrol karies.
Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, tergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang tehadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Hanya setelah pasien berulang kali menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga profesional, maka baru dapat ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut menggosok gigi. Biasanya, rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2 - 2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Yang penting diingat bahwa sebaiknya pasien diberitahu urutan-urutan menyikat gigi. Biasanya dimulai dari bagian distal gigi paling belakang rahang atas dan kemudian permukaan oklusal dan insisalnya sampai seluruh permukaan gigi di rahang sebelahnya tercakup. Hal yang sama dilakukan pada rahang bawah.

BAB III
PEMBAHASAN


3.1       DATA DEMOGRAFI
Puskesmas Grogol merupakan satu dari  8 Puskesmas yang berada di wilayah Kota Cilegon dengan luas wilayah ± 21.433 Km2 . Dengan jumlah penduduk di tahun 2017 yaitu 41.882 jiwa
Kecamatan Grogol masih memiliki masyarakat yang kurang mampu,adapun pembiayaan kesehatan di Kecamatan Grogol di biayai oleh JKN.
Kecamatan Grogol mempunyai batas-batas wilayah dengan kecamatan lain yaitu:
-          Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pulomerak
-          Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Purwakarta
-          Sebelah Timur  berbatasan dengan serang
-          Sebelah Barat berbataasann dengan Kecamatan Citangkil
-           
3.2       VISI DAN MISI PUSKESMAS GROGOL
v  VISI
Puskesmas Grogol Pilihan Utama Pelayanan Kesehatan Dasar Bagi Masyarakat Kecamatan Grogol Tahun 2020

v  MISI
1.      Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan dasar yang prima
2.      Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan Puskesmas Grogol
3.      Menggalang kerjasama dengan sektor-sektor terkaitdalam bidang Kesehatan
4.      Menyelenggarakan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan

v  STRATEGI
Agar dapat terlaksana dan terwujudnya VISI Puskesmas Grogol,maka di gunakan strategi sebagai berikut :
1.      Mengerakkan semua potensi yang ada di Puskesmas Grogol dalam meningkatkan pelayanan
2.      Menjalin lintas sector dan swasta
3.      Meningkatkan kualitas kegiatan program kesehatan
4.      Meningkatkan manajemen kualitas pelayanan kesehatan
5.      Meningkatkan kualitas sumberdaya kesehatan di puskesmas melalui kegiatan penyegaran yang di lakukan di Puskesmas setiap triwulan .

 3.3   SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA KECAMATAN GROGOL
Jumlah Sekolah Dasar yang berada di wilayah kerja Puskesmas Grogol adalah sebagai berikut :


NO
KELURAHAN
NAMA SEKOLAH
1
GEREM
1.      SDN GEREM 1
2.      SDN GEREM 2
3.      SDN GEREM 3
4.      SDN CIKUASA 1
5.      SDN CIKUASA 2
6.      SDN SUMUR WULUH
7.      MIS GEREM
2.
RAWA ARUM
1.      SDN BUJANG GADUNG
2.      SDN TEGAL WANGI
3.      SDN KOTASARI
4.      SDN PABUARAN
5.      SD IT AL HUJJAJ
6.      SDN KAMPUNG BARU
3
GROGOL
1.      SDN GROGOL 1
2.      SDN GROGOL 2
4.
KOTASARI
1.      SDN CIORA
TOTAL
16 SD


3.4       METODE KEGIATAN
            Metode yang digunakan adalah kegiatan analitik dengan metode survey. Pendekatan yang digunakan adalah cross – sectional yaitu subyek hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, 2002).
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Januari Tahun 2018 dengan sampel kegiatan adalah semua siswa kelas V di SDN Gerem 1 Wilayah Kecamatan Grogol. Jumlah sampel pada adalah  27 anak dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Pengambilan data dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku dan keterampilan anak dalam  menggosok gigi pada saat sebelum dan sesudah menggunakan disclosing solution yang dilakukan dengan cara observasi sedangkan untuk mengetahui skor plak gigi dilakukan pemeriksaan menggunakan indeks plak Loe and Sillnes.
 Pada semua siswa kelas V sebelumnya diberikan penyuluhan selama 15 menit tentang cara dan frekuensi menyikat gigi yaitu dengan kombinasi metode roll dan metode bass serta cara penggunaan disclosing solution (sikat gigi dilakukan 2 kali sehari yakni pada pagi hari setelah makan pagi dan malam hari sebelum tidur)
Pada tahap 1 siswa diminta untuk melakukan sikat gigi tanpa menggunakan disclosing solution kemudian dilakukan pemeriksaan plak yang pertama dengan dengan menggunakan Indeks Plak metode Loe and Sillnes. Pemeriksaan plak dilakukan pada permukaan mahkota bagian, bukal, lingual ,mesial dan distal dengan menggunakan bahan pewarna gigi (disclosing solution).
Selanjutnya kepada siswa dibekali larutan disclosing solution untuk diteteskan setiap  sebelum melakukan sikat gigi di rumah masing-masing selama 7 hari dan setiap siswa diminta untuk mengisi kartu control setiap hari. Pengukuran indeks plak tahap 2 di sekolah dilakukan pada hari ke 8.
Kegiatan kontrol (tahap 3) dilakukan dengan mengulang kembali pengukuran indeks plak setelah satu bulan kemudian.

Kriteria penilaian indeks plak Loe & Silness adalah:
a). Baik     : 0 - 0,9
b). Sedang : 1 - 1,9
c). Buruk  : 2 – 3

3.5       HASIL SKOR INDEKS PLAK ANAK SEKOLAH SDN GEREM 1 TAHAP 1
         Tabel 3.5.1 Jumlah Murid Anak Sekolah SDN Gerem 1 Kelas V
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumah
V
13
14
27


 Tabel 3.5.2 Nilai Skor Plak Anak Sekolah Tahap 1 Kelas V

NO
NILAI INDEKS
jenis kelamin
KET
1
2.25
L
buruk
2
3
P
buruk
3
2.17
L
buruk
4
1.21
L
sedang
5
1.7
P
sedang
6
2.6
L
buruk
7
3
L
buruk
8
2.7
L
buruk
9
2.15
L
buruk
10
2.03
L
buruk
11
1.7
P
sedang
12
1.54
L
sedang
13
1.5
P
sedang
14
1.7
P
sedang
15
1.79
L
sedang
16
1.75
P
sedang
17
1.85
P
sedang
18
2.11
L
buruk
19
2.01
L
buruk
20
2.4
P
buruk
21
2.11
P
buruk
22
2.13
P
buruk
23
2.7
L
buruk
24
2.4
P
buruk
25
2.2
P
buruk
26
2.1
P
buruk
27
2.5
L
buruk
indeks rata2
2.122222222
BURUK L = 10  P = 8                  SEDANG  L = 3  P = 6
buruk



Skor plak
Laki-laki
Perempuan
Persentase
Baik : 0 – 0,09
0
0
0 %
Sedang : 1 – 1,9
3
6
33,3 %
Buruk : 2 - 3
10
8
66,7 %

            Indeks Plak Rata-Rata Tahap 1 : 2,12  ( Kriteria Indeks Plak : Buruk )

3.6       HASIL SKOR INDEKS PLAK ANAK SEKOLAH SDN GEREM 1 TAHAP 2
3.6.1 Nilai Skoring Plak Anak Sekolah Tahap 2 Kelas V
NO
NILAI INDEKS
JENIS KELAMIN
KET
1
1.16
L
BAIK
2
1.2
P
BAIK
3
0.83
L
BAIK
4
0.83
L
BAIK
5
1.2
P
BAIK
6
1.2
L
BAIK
7
0.67
L
BAIK
8
1.25
L
SEDANG
9
0.83
L
BAIK
10
1.25
L
SEDANG
11
0.625
P
BAIK
12
0.37
L
BAIK
13
0.62
P
BAIK
14
0.83
P
BAIK
15
0.25
L
BAIK
16
1.41
P
SEDANG
17
0.5
P
BAIK
18
0.83
L
BAIK
19
0.5
L
BAIK
20
1.15
P
SEDANG
21
0.91
P
BAIK
22
1.29
P
SEDANG
23
0.91
P
BAIK
24
1.05
P
SEDANG
25
1
P
SEDANG
26
1.16
P
SEDANG
27
0.91
L
BAIK
INDEKS RATA-RATA
0.9194

BAIK

Skor plak
Laki-laki
Perempuan
Persentase
Baik     : 0 – 0,09
11
8
70.38 %
Sedang : 1 - 1,9
2
6
29.62 %
Buruk  : 2 - 3  
0
0
0 %

            Indeks Plak Rata-Rata Tahap 2 : 0,91  ( Kriteria Indeks Plak : Baik )

3.7       HASIL SKOR INDEKS PLAK ANAK SEKOLAH SDN GEREM 1 TAHAP 3
3.7.1 Nilai Skoring Plak Kontrol Sebulan Pada Anak Sekolah Kelas V
NO
NILAI INDEKS
JENIS KELAMIN
KET
1
0.67
L
BAIK
2
0.67
P
BAIK
3
0.83
L
BAIK
4
0.83
L
BAIK
5
0.37
P
BAIK
6
0.37
L
BAIK
7
0.67
L
BAIK
8
0.625
L
BAIK
9
0.83
L
BAIK
10
0.83
L
BAIK
11
0.625
P
BAIK
12
0.37
L
BAIK
13
0.62
P
BAIK
14
0.83
P
BAIK
15
0.25
L
BAIK
16
0.25
P
BAIK
17
0.25
P
BAIK
18
0.83
L
BAIK
19
0.5
L
BAIK
20
1.01
P
SEDANG
21
0.91
P
BAIK
22
1.15
P
SEDANG
23
0.91
P
BAIK
24
1.05
P
BAIK
25
1
P
SEDANG
26
1.1
P
SEDANG
27
0.91
L
BAIK
INDEKS RATA-RATA
0.713333333

BAIK

Skor plak
Laki-laki
Perempuan
Persentase
Baik  : 0 – 0,09
13
10
85,18 %
Sedang : 1- 1,9
0
4
14,81 %
Buruk : 2 - 3
0
0
0 %

Indeks Plak Rata-Rata Tahap 3 : 0,71  ( Kriteria Indeks Plak : Baik )
3.8 Foto Kegiatan


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh saat kegiatan UKGS di SDN Gerem 1 Kecamatan Grogol Kota Cilegon dan dilakukan pengukuran indeks plak pada tahap 1 yaitu menyikat gigi tanpa menggunakan disclosing solution didapatkan hasil sbb :  33,3 %  siswa dengan  indeks plak kategori SEDANG dan 66,7%  siswa dengan indeks plak kategori BURUK. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan siswa dalam membersihkan gigi geliginya  masih sangat rendah sehingga diperlukan bahan lain untuk membantu siswa dalam membersihkan gigi mereka tidak hanya menggunakan sikat gigi dan pasta gigi saja tapi dilengkapi dengan menggunakan disclosing solution sehingga siswa menyadari banyak bagian-bagian gigi mereka yang belum tergosok dengan sempurna. Kegiatan penyuluhan secara rutin dari pihak sekolah juga  sangat diperlukan untuk terus menerus mengingatkan mereka tentang cara membersihkan gigi secara baik dan benar.
Setelah siswa mendapatkan perlakuan penggunaan disclosing solution di rumah dan kemudian dilakukan pengukuran indeks plak tahap 2 didapatkan perubahan hasil sbb : 48,14 % siswa mencapai nilai indeks plak dengan kategori BAIK, dan 51,85 % siswa memiliki dengan kategori SEDANG. Hal ini menunjukkan efektifitas penggunaan disclosing solution sebelum melakukan sikat gigi dapat menyempurnakan pembersihan plak pada permukaan gigi sehingga dapat membantu meningkatkan pH rongga mulut dan mencegah terjadinya karies pada gigi.
Pada saat pengukuran plak tahap 3 didapatkan hasil : 85,18 % siswa mencapai nilai indeks plak dengan kategori BAIK, dan 14,81 % siswa memiliki indeks plak dengan kategori SEDANG. Dapat terlihat bahwa sudah terjadi perubahan keterampilan dalam membersihkan giginya dari plak dan kotoran sehingga terjadi peningkatan kebersihan pada permukaan gigi yang diperiksa.
            Kegiatan sikat gigi secara rutin dan mandiri dari pihak sekolah sangat dibutuhkan agar dapat selalu mengingatkan siswa serta menumbuhkan kesadaran serta keterampilan mereka dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik dan benar yang tentunya harus didukung dengan penyediaan sarana dan prasarana pada saat kegiatan UKGS berlangsung.
             

1.2    SARAN
4.2.1    Petugas UKGS Puskesmas diharapkan selain dapat melaksanakan kegiatan medis teknis di puskesmas juga dapat mengkoordinir, memonitor keseluruhan kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerjanya.
4.2.2        Lingkungan sekolah agar selalu berperan serta aktif dalam menurunkan angka kejadian karies siswa dengan menurunkan indeks plak melalui kegiatan ukgs inovasi ’’Penggunaan Disclosing Solution Sebelum Sikat Gigi Bersama’’
4.2.3        Peran serta orang tua siswa sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam menurunkan indeks plak pada anak
4.2.4        Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut yang dilanjutkan dengan pemberian terapi baik itu pengobatan, penambalan atau pencabutan merupakan kegiatan yang sangat efektif dalam penanggulangan masalah kesehatan gigi.